Kadang, cinta datang bukan dalam bentuk kejutan besar, tapi lewat langkah kecil yang tak pernah kita sadari. Begitulah awal kisahku dengan Nurlela Audiana Br. Pasaribu, kakak kelas yang dulu hanya bisa aku pandangi dari jauh di lorong sekolah, di halaman upacara, atau saat ia lewat sambil tersenyum ringan. Aku masih kelas 10 waktu itu, siswa baru yang belum tahu apa-apa.

Tapi entah mengapa, setiap kali melihatnya, ada sesuatu yang berbeda. Bukan sekadar rasa kagum pada senior cantik dan berwibawa, melainkan semacam ketenangan. Seperti aku tahu, di balik semua hiruk pikuk masa remaja, ada seseorang yang kelak akan berarti banyak dalam hidupku.

Hari demi hari berjalan. Aku mencoba menutupi rasa itu, tapi perasaan punya cara sendiri untuk tumbuh. Satu-satunya yang kupahami waktu itu hanyalah: aku menyukainya. Dan ajaibnya, pada 17 Agustus 2013, di tengah suasana perayaan kemerdekaan, kami akhirnya resmi berpacaran. Sejak hari itu, waktu terasa punya ritme baru. Kami bukan hanya dua anak muda yang saling jatuh cinta.

Kami belajar bersama bagaimana menjaga rasa, menghadapi jarak, melewati perbedaan, dan tumbuh di dalam kehidupan yang terus berubah. Bertahun-tahun kami lalui : masa kuliah, awal bekerja, saat-saat sulit, dan semua perbedaan yang sempat menguji. Tapi setiap kali badai datang, selalu ada satu hal yang membuat kami tetap bertahan.

Keyakinan bahwa cinta bukan hanya tentang menemukan orang yang sempurna, melainkan tentang memilih orang yang sama, setiap hari, meski dunia berubah. Dan kini, setelah lebih dari satu dekade berjalan bersama, kami akan melangkah ke bab baru dalam kisah ini.